Kamis, 07 Januari 2016

Senja yang menjadi saksi

Aku terdiam . Menatap langit senja yg akan segera berlalu . Hamparan sawah nan indah , membuat keindahan langit jingga semakin tampak memanjakkan mata . Aku masih terdiam . Mimpi itu terus menari-nari di dalam pikiranku. Aku tak tau , mungkinkah itu hanyalah bunga tidur atau suatu petunjuk dari Tuhan agar ku segera bangkit dari keterpurukan . 4 tahun aku terus menyimpan perasaan ini , kepada sosok yg membuat hati dan perasaanku bimbang . Terkadang dia mengatakan cinta , dan dilain kesempatan pula dia mengatakan dusta . Hingga pada puncaknya , kami benar-benar berpisah ..

Aku masih terdiam . Aku harus apa sekarang ? . Haruskah aku segera bangkit dari keterpurukanku . Ataukah tetap stay menunggunya sampai Tuhan menjemputku . Arrgggghhhhhh ... kepalaku rasanya pening . Pusing memikirkan hati dan perasaanku sendiri ..

"Ara" teriak sosok wanita paruh baya yg menhancurkan lamunanku . Aku terhanyak . Aku mendongakan kepalaku . Dan ternyata, itu mamah .

"Mamah cari kamu kemana-mana sayang . Ternyata kamu disini . Sedang apa kamu ditempat ini ? " Ucapnya lembut . Aku masih terdiam .

"Kamu masih mengingat Rahman ? " Lanjutnya . Tapi kali ini , pertanyaan mamah membuat air mataku tumpah . Tak ada kata . Aku langsung memeluk mamah dengan erat . Mamah tak berontak , seolah mengerti bahwa hanya pelukan kasih ibu yg mampu menenangkanku saat ini .

"Menangislah nak . Jika air mata mampu membuat perasaanmu lega . Tapi .. " Kalimat mamah menggantung . Dan aku masih menangis dalam pelukannya .

Mamah melepaskan pelukannya tapi dengan sangat lembut . Mamah menyentuh wajahku dan menghapus air mataku "Mau sampai kapan kamu terus seperti ini nak ? . Mau sampai kapan menyiksa hidupmu terus . Sudah hampir 4 bulan kamu menghabiskan waktu dengan menangis . Lihat matamu ini sayang , bengkak . Wajahmu pun sangat pucat . Tubuhmu jadi kurus kering seperti ini . Kamu tak mau sekolah . Hanya mengkonsumsi mie instan . Mamah tak tega melihat keadaanmu seperti ini" Kini mamah yg mulai menangis . Aku tak sampai hati melihatnya ..

"Mamah jangan nangis . Mamah tidak perlu memperdulikkan keadaanku . Aku baik-baik saja mah . Aku hanya ingin membuktikan rasa cintaku pada Rahman . Aku hanya ingin Rahman tau bahwa aku tulus mencintainya" Ujarku .

"Tidak sayang . Tidak dengan seperti ini kamu membuktikan rasa cintamu . Apa 4 tahun itu tidak cukup untukmu mencintai Rahman dengan rasa sakit . Rahman menghinamu , tapi kamu tetap bertahan untuknya . Dia meninggalkanmu , dan kamu tetap setia untuknya . Tapi , kamu harus sadar . Kejadian lalu , itu adalah perpisahan yg nyata antara kamu dan dan Rahman . Dia sudah tidak mencintai kamu . Kamu harus sadar itu . Kamu tidak bisa menunggu dia lebih dari ini " Ucap mamah dengan lugas , cepat , dan efektif . Tetapi , kalimat mamah seperti belati yg menusuk jantungku . Perih sekali . Tapi, itulah kenyataannya .

"Maafkan mamah karena mengatakan ini . Apa yg mamah ucapkan ini benar sayang . Kamu harus wake up . Hidup kamu tidak berhenti sampai disini . Kamu malah menyiksa diri kamu jika terus seperti ini . Bukannya membuktikan cintamu . Tapi justru itu malah membuat Rahman menjadi bangga , karena telah membuat anak gadis mamah tersiksa seperti ini . Seharusnya kamu buktikan pada Rahman . Kamu bisa hidup tanpa dia . Kamu bukan wanita lemah . Kamu wanita kuat . Ini bukan akhir segalanya" Lanjutnya .

Aku mulai berpikir . Apa yang dikatakan mamah itu benar . Ini bukan akhir dari segalanya . Aku harus bisa membuktikan pada Rahman , aku bukan wanita lemah, aku wanita kuat . Aku mulai berpikir lebih seksama . Hidup ini terlalu berharga untuk dihabiskan dengan menangisi sesuatu yg sudah tak mungkin tergenggam kembali .

Kini , aku yg gantian menghapus air mata mamah . Bibir ku mulai melengkungkan senyum . Kebahagiaan nampak jelas dari raut wajah mamah .

"Mamah benar . Ini bukan akhir dari segalanya . Aku harus bangkit . Maafkan aku karena telah larut dalam kesedihan . Maafkan aku mah . Besok aku akan sekolah lagi mah . Aku akan menjadi Ara seperti dulu lagi . Wanita periang , cerdas , dan kuat . Terimakasih mamah" Aku memeluk mamah dengan sangat erat , mamah pun memelukku juga dengan sangat erat . Langit jingga menjadi saksi kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya ..
Previous Post Next Post Back to Top